Langit begitu kelam dan
berubah menjadi hitam, suara ayam yang tiba – tiba menghilang disapu dengan
suara guntur gemuruh.
Entah yang keberapa kalinya
ini saya menulis, menulis tentang keluh kesah yang saya rasakan. Ayah saat aku
melihat seorang nenek tua sedang duduk sendiri didepan pintu itu, hatiku terasa
begitu haru secara tidak sengaja air mata ini menetes dari mata ku.
Aku mulai cerita ini dari
seorang nenek tua yang bernama “ Dewi
Sinto ”, Dia adalah nenek tercintaku. Nenek tua yang selalu ceria dan
membuat rindu ini, kini dimasa tuanya ia hidup dengan seorang cucu yang sangat
berbakti dan rajin. Nenek tua yang awet muda begitu aku menggodaya. Diusianya
yang sudah sangat tua, ia masih gesit dalam melakukan sesuatu. Namun, terkadang
dimana ada saat nya dia manja dan cerewet sekali.
Cerahnya matahari
pagi dan indahnya matahari saat akan tenggelam, membahana dunia ini. Istimewa.
Termenung menatap jalanan
yang kosong begitulah kesehariannya. Miris – sedih hati ini merasakannya *Usia
tua dimana saat – saat indah berkumpul dengan anak cucu serta cicitnya, masa
seperti itu yang sangat dinanti. dari wajahnya saat semua anak – anaknya
berkumpul*.
Melihatnya yang sedang duduk
termenung, secara sepontan muncul bolam lampu dikepalaku, aku tidak akan meninggalkan ibuku
sendirian sejauh apapun aku pergi, aku akan membawa ibu ku.
Air yang berhenti mengalir
membuat hasil pertanian gagal panen dan anak bungsu kemudian pergi untuk
mencari nafkah sang ibu dan bagaimana dengan anaknya yang lain ? mereka semua
telah memiliki keluarga masing-masing dan hal yang sangat mengharukan sang
kakek telah pergi lebih dulu untuk selama-lamanya.
Dengan senyum cerianya dia menghadapi kesepian,
Dengan kaki –
kakinya yang masih mampu untuk berjalan dia mengusir kebosanan,
Dengan wajahnya yang pandai membuat orang untuk merindukannya,
Dengan omelan yang sangat berkesan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar