Minggu, 18 November 2012

Mbah Putri


Langit begitu kelam dan berubah menjadi hitam, suara ayam yang tiba – tiba menghilang disapu dengan suara guntur gemuruh.
Entah yang keberapa kalinya ini saya menulis, menulis tentang keluh kesah yang saya rasakan. Ayah saat aku melihat seorang nenek tua sedang duduk sendiri didepan pintu itu, hatiku terasa begitu haru secara tidak sengaja air mata ini menetes dari mata ku.
Aku mulai cerita ini dari seorang nenek tua yang bernama  “ Dewi Sinto ”, Dia adalah nenek tercintaku. Nenek tua yang selalu ceria dan membuat rindu ini, kini dimasa tuanya ia hidup dengan seorang cucu yang sangat berbakti dan rajin. Nenek tua yang awet muda begitu aku menggodaya. Diusianya yang sudah sangat tua, ia masih gesit dalam melakukan sesuatu. Namun, terkadang dimana ada saat nya dia manja dan cerewet sekali.
Cerahnya matahari pagi dan indahnya matahari saat akan tenggelam, membahana dunia ini. Istimewa.
Termenung menatap jalanan yang kosong begitulah kesehariannya. Miris – sedih hati ini merasakannya *Usia tua dimana saat – saat indah berkumpul dengan anak cucu serta cicitnya, masa seperti itu yang sangat dinanti. dari wajahnya saat semua anak – anaknya berkumpul*.
Melihatnya yang sedang duduk termenung, secara sepontan muncul bolam lampu dikepalaku, aku tidak akan meninggalkan ibuku sendirian sejauh apapun aku pergi, aku akan membawa ibu ku.
Air yang berhenti mengalir membuat hasil pertanian gagal panen dan anak bungsu kemudian pergi untuk mencari nafkah sang ibu dan bagaimana dengan anaknya yang lain ? mereka semua telah memiliki keluarga masing-masing dan hal yang sangat mengharukan sang kakek telah pergi lebih dulu untuk selama-lamanya.
Dengan senyum cerianya dia menghadapi kesepian,
Dengan kaki – kakinya yang masih mampu untuk berjalan dia mengusir       kebosanan,
Dengan wajahnya yang pandai membuat orang untuk merindukannya,
Dengan omelan yang sangat berkesan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar